About

Thursday, December 19, 2013

Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus)

Posted by Unknown On 6:48 PM No comments
Badak jawa, lebih tepatnya badak Sunda, atau badak bercula-satu kecil (Rhinoceros sondaicus) adalah anggota famili Rhinocerotidae dan satu dari lima badak yang masih ada. Badak ini masuk ke genus yang sama dengan badak india dan memiliki kulit bermosaik yang menyerupai baju baja. Badak ini memiliki panjang 3,1–3,2 m dan tinggi 1,4–1,7 m. Badak ini lebih kecil daripada badak india dan lebih dekat dalam besar tubuh dengan badak hitam. Ukuran culanya biasanya lebih sedikit daripada 20 cm, lebih kecil daripada cula spesies badak lainnya.
Badak jawa atau bahasa latinnya javan Rhinoceros (Rhinoceros sondaicus) adalah binatang terbesar di Jawa. Beratnya bisa mencapai 1,4 ton, berkulit pucat. Badak Jawa pernah tersebar di hampir seluruh wilayah gunung di Jawa Barat, seperti gunung Gede-Pangrango, Gunung salak, Gn. Tangkuban Perahu dan gunun Ciremei. 

Nama sebutan Badak Jawa agaknya kurang tepat karena distribusi alaminya, sejauh yang bisa dipastikan, pernah mencapai kawasan Sungai Brahmaputra di Bangladesh sampai Vietnam serta ke sebelah barat daya Cina, dan deskripsi badak pertama berasal dari spesimen yang ditemukan di Sumatera. Distribusi aslinya secara menyeluruh tidak akan pernah dapat diketahui, karena pada suatu waktu yang berbeda dan pada suatu tempat yang berbeda badak Jawa ini pernah dikacaukan dengan badak Sumatera Dicerorhinus sumatrensis dan badak India/bercula satu Rhinoceros unicornis.  

Dulu badak ini hanya dikenal dan bagian selatan Jawa Barat dan dari Gn. Slamet di Jawa Tengah, meskipun fosil yang masih ada ditemukan di sebelah utara Yogyakarta. Ketika Junghuhn mendaki Gn. Pangrango pada tahun 1839 (pendakian pertama yang tercatat dilakukan oleh orang Eropa) ia mengejutkan dua badak Jawa di dekat puncak gunung, seekor sedang berendam di suatu sungai kecil dan yang lain sedang merumput di pinggir sungai (Junghuhn 1854). Beberapa jalan setapak di beberapa gunung mengikuti bekas jejak badak, dan jalur-jalur di gunung-gunung yang ada dijawa mungkin merupakan sisa terakhir dari kehadiran binatang besar ini. 

Dua belas ekor badak Jawa terakhir yang terdapat di Sumatera telah ditembak oleh pemburu-pemburu Belanda antara tahun 1925-1930, dan setelah itu seekor lagi ditembak di Karangnunggal (Tasikmalaya) pada tahun 1934. 

Sampai akhir abad ke-19 penduduk kota Bandung masih bisa menyaksikan adanya badak jawa, mereka menyebutnya badak priangan. Tidak mengherankan bila di Bandung ada daerah yang bernama Rancabadak. Namun pada tahun 1895 seorang pemburu Belanda menembak mati badak jawa tidak jauh dari kota Bandung, itulah badak jawa terakhir di kota Bandung. 

Orang percaya bahwa sisa populasi badak Jawa sekarang hanya ada di Taman Nasional Ujung Kulon, tempat keberadaannya pertama dilaporkan pada tahun 1861. Meskipun demikian, pada tahun 1989, sepuluh ekor badak jawa ditemukan bertahan hidup di sepanjang sungai Dong Nai di bagian selatan Vietnam.

Badak Jawa adalah pemakan tunas dan rerumputan. Badak memakan daun-daun muda, tunas-tunas dan ranting-ranting yang tumbuh di permukaan tanah. Jika makanan ini tidak dapat dijangkau karena terlalu tinggi, maka badak akan berusaha mematahkan batangnya dengan cara menabrakkan dirinya pada batang tersebut, atau dengan cara menghancurkan batang dengan giginya. 

Ada lebih dari 150 jenis tumbuhan yang diidentifikasi sebagai makanan badak, dan kemungkinan besar semua jenis tumbuhan tersebut yang dapat dicapai dan ukurannya sesuai akan dimakan. Badak memakan makanannya di berbagai tipe vegetasi, meskipun kebanyakan dilakukan di tempat-tempat yang tidak terlindung, misalnya, di antara pepohonan yang roboh atau di padang semak-belukar tanpa pepohonan. 

Badak jawa memiliki satu cula yang terletak di ujung hidungnya. Indra penciuman dan pendengarannya sangat tajam, tetapi badak jawa memiliki penglihatan yang kurang baik (rabun dekat). Badak Jawa melahirkan setiap 3-5 tahun sekali. Lama mengandung 16 bulan, umumnya melahirkan satu ekor anak saja dan dipelihara induknya hingga umur 2 tahun, setelah dewasa anak tersebut meninggalkan induknya. Usia badak jawa bisa mencapai hingga 50 tahun. 

Keragaman makanan badak mungkin merupakan tanggapan terhadap kebutuhan untuk membatasi atau mencegah racun yang masuk, memaksimalkan kandungan mineral tertentu, serta menanggulangi kesulitan-kesulitan yang disebabkan oleh keragaman musim. Karena hampir semua catatan tanaman pangan berasal dari observasi tidak langsung, maka sangat relevan untuk memperhatikan bahwa kerusakan pada batang-batang pohon yang umum dilakukan oleh badak dapat juga disebabkan oleh banteng dan rusa.

Badak adalah salah satu mamalia purba yang masih hidup. Nenek moyang badak jawa Baluchitherium, telah hidup 50 juta tahun yang lalu, sejak jaman Erasia. Badak Jawa masih satu kerabat dengan kuda dan keledai, yakni hewan yang memiliki kuku ganjil.
Cula badak adalah evolusi dari rambut badak yang bersatu dan mengeras. Sejak jaman dahulu manusia memburu badak hanya untuk mendapatkan culanya. Konon cula badak dijadikan ramuan obat-obatan atau jadi barang kerajinan seni berharga. 

Badak jawa adalah binatang tenang dengan pengecualian ketika mereka berkembang biak dan apabila seekor inang mengasuh anaknya. Kadang-kadang mereka akan berkerumun dalam kelompok kecil di tempat mencari mineral dan kubangan lumpur. Berkubang di lumpur adalah sifat umum semua badak untuk menjaga suhu tubuh dan membantu mencegah penyakit dan parasit. Badak jawa tidak menggali kubangan lumpurnya sendiri dan lebih suka menggunakan kubangan binatang lainnya atau lubang yang muncul secara alami, yang akan menggunakan culanya untuk memperbesar. Tempat mencari mineral juga sangat penting karena nutrisi untuk badak diterima dari garam. Wilayahi jantan lebih besar dibandingkan betina dengan besar wilayah jantan 12–20 km² dan wilayah betina yang diperkirakan 3–14 km². Wilayah jantan lebih besar daripada wilayah wanita. Tidak diketahui apakah terdapat pertempuran teritorial.

Jantan menandai wilayah mereka dengan tumpukan kotoran dan percikan urin. Goresan yang dibuat oleh kaki di tanah dan gulungan pohon muda juga digunakan untuk komunikasi. Anggota spesies badak lainnya memiliki kebiasaan khas membuang air besar pada tumpukan kotoran badak besar dan lalu menggoreskan kaki belakangnya pada kotoran. Badak Sumatra dan Jawa ketika buang air besar di tumpukan, tidak melakukan goresan. Adaptasi sifat ini diketahui secara ekologi; di hutan hujan Jawa dan Sumatera, metode ini mungkin tidak berguna untuk menyebar bau.

Badak jawa memiliki lebih sedikit suara daripada badak sumatra; sangat sedikit suara badak jawa yang diketahui. Badak Jawa dewasa tidak memiliki musuh alami selain manusia. Spesies ini, terutama sekali di Vietnam, adalah spesies yang melarikan diri ke hutan ketika manusia mendekat sehingga sulit untuk meneliti badak. Ketika manusia terlalu dekat dengan badak jawa, badak itu akan menjadi agresif dan akan menyerang, menikam dengan gigi serinya di rahang bawah sementara menikam keatas dengan kepalanya. Sifat anti-sosialnya mungkin merupakan adaptasi tekanan populasi; bukti sejarah mengusulkan bahwa spesies ini pernah lebih berkelompok.

Sifat seksual badak Jawa sulit dipelajari karena spesies ini jarang diamati secara langsung dan tidak ada kebun binatang yang memiliki spesimennya. Betina mencapai kematangan seksual pada usia 3-4 tahun sementara kematangan seksual jantan pada umur 6. Kemungkinan untuk hamil diperkirakan muncul pada periode 16-19 bulan. Interval kelahiran spesies ini 4–5 tahun dan anaknya membuat berhenti pada waktu sekitar 2 tahun. Empat spesies badak lainnya memiliki sifat pasangan yang mirip

Badak jawa adalah hewan herbivora dan makan bermacam-macam spesies tanaman, terutama tunas, ranting, daun-daunan muda dan buah yang jatuh. Kebanyakan tumbuhan disukai oleh spesies ini tumbuh di daerah yang terkena sinar matahari: pada pembukaan hutan, semak-semak dan tipe vegetasi lainnya tanpa pohon besar. Badak menjatuhkan pohon muda untuk mencapai makanannya dan mengambilnya dengan bibir atasnya yang dapat memegang. Badak Jawa adalah pemakan yang paling dapat beradaptasi dari semua spesies badak. Badak diperkirakan makan 50 kg makanan per hari. Seperti badak Sumatra, spesies badak ini memerlukan garam untuk makanannya. Tempat mencari mineral umum tidak ada di Ujung Kulon, tetapi badak Jawa terlihat minum air laut untuk nutrisi sama yang dibutuhkan.



0 comments:

Post a Comment

Site search