Badak jawa, lebih tepatnya badak Sunda, atau badak bercula-satu kecil (Rhinoceros sondaicus) adalah anggota famili Rhinocerotidae dan satu dari lima badak yang masih ada. Badak ini masuk ke genus yang sama dengan badak india
dan memiliki kulit bermosaik yang menyerupai baju baja. Badak ini
memiliki panjang 3,1–3,2 m dan tinggi 1,4–1,7 m. Badak ini lebih kecil
daripada badak india dan lebih dekat dalam besar tubuh dengan badak hitam. Ukuran culanya biasanya lebih sedikit daripada 20 cm, lebih kecil daripada cula spesies badak lainnya.
Badak jawa atau bahasa latinnya javan Rhinoceros (Rhinoceros sondaicus)
adalah binatang terbesar di Jawa. Beratnya bisa mencapai 1,4 ton,
berkulit pucat. Badak Jawa pernah tersebar di hampir seluruh wilayah
gunung di Jawa Barat, seperti gunung Gede-Pangrango, Gunung salak, Gn.
Tangkuban Perahu dan gunun Ciremei.
Nama sebutan Badak Jawa
agaknya kurang tepat karena distribusi alaminya, sejauh yang bisa
dipastikan, pernah mencapai kawasan Sungai Brahmaputra di Bangladesh
sampai Vietnam serta ke sebelah barat daya Cina, dan deskripsi badak
pertama berasal dari spesimen yang ditemukan di Sumatera. Distribusi
aslinya secara menyeluruh tidak akan pernah dapat diketahui, karena
pada suatu waktu yang berbeda dan pada suatu tempat yang berbeda badak
Jawa ini pernah dikacaukan dengan badak Sumatera Dicerorhinus
sumatrensis dan badak India/bercula satu Rhinoceros unicornis.
Dulu badak ini hanya dikenal dan bagian selatan Jawa Barat dan dari Gn. Slamet di Jawa Tengah,
meskipun fosil yang masih ada ditemukan di sebelah utara Yogyakarta.
Ketika Junghuhn mendaki Gn. Pangrango pada tahun 1839 (pendakian
pertama yang tercatat dilakukan oleh orang Eropa) ia mengejutkan dua
badak Jawa di dekat puncak gunung, seekor sedang berendam di suatu
sungai kecil dan yang lain sedang merumput di pinggir sungai (Junghuhn
1854). Beberapa jalan setapak di beberapa gunung mengikuti bekas
jejak badak, dan jalur-jalur di gunung-gunung yang ada dijawa mungkin
merupakan sisa terakhir dari kehadiran binatang besar ini.
Dua
belas ekor badak Jawa terakhir yang terdapat di Sumatera telah
ditembak oleh pemburu-pemburu Belanda antara tahun 1925-1930, dan
setelah itu seekor lagi ditembak di Karangnunggal (Tasikmalaya) pada
tahun 1934.
Sampai akhir abad ke-19 penduduk kota Bandung
masih bisa menyaksikan adanya badak jawa, mereka menyebutnya badak
priangan. Tidak mengherankan bila di Bandung ada daerah yang bernama
Rancabadak. Namun pada tahun 1895 seorang pemburu Belanda menembak mati
badak jawa tidak jauh dari kota Bandung, itulah badak jawa terakhir di
kota Bandung.
Orang
percaya bahwa sisa populasi badak Jawa sekarang hanya ada di Taman
Nasional Ujung Kulon, tempat keberadaannya pertama dilaporkan pada
tahun 1861. Meskipun demikian, pada tahun 1989, sepuluh ekor badak
jawa ditemukan bertahan hidup di sepanjang sungai Dong Nai di bagian
selatan Vietnam.
Badak Jawa adalah pemakan tunas
dan rerumputan. Badak memakan daun-daun muda, tunas-tunas dan
ranting-ranting yang tumbuh di permukaan tanah. Jika makanan ini tidak
dapat dijangkau karena terlalu tinggi, maka badak akan berusaha
mematahkan batangnya dengan cara menabrakkan dirinya pada batang tersebut, atau dengan cara menghancurkan batang dengan giginya.
Ada
lebih dari 150 jenis tumbuhan yang diidentifikasi sebagai makanan
badak, dan kemungkinan besar semua jenis tumbuhan tersebut yang dapat
dicapai dan ukurannya sesuai akan dimakan.
Badak
memakan makanannya di berbagai tipe vegetasi, meskipun kebanyakan
dilakukan di tempat-tempat yang tidak terlindung, misalnya, di antara
pepohonan yang roboh atau di padang semak-belukar tanpa pepohonan.
Badak jawa memiliki satu cula
yang terletak di ujung hidungnya. Indra penciuman dan pendengarannya
sangat tajam, tetapi badak jawa memiliki penglihatan yang kurang baik
(rabun dekat). Badak Jawa melahirkan setiap 3-5 tahun sekali. Lama
mengandung 16 bulan, umumnya melahirkan satu ekor anak saja dan
dipelihara induknya hingga umur 2 tahun, setelah dewasa anak tersebut
meninggalkan induknya. Usia badak jawa bisa mencapai hingga 50 tahun.
Keragaman makanan badak mungkin
merupakan tanggapan terhadap kebutuhan untuk membatasi atau mencegah
racun yang masuk, memaksimalkan kandungan mineral tertentu, serta
menanggulangi kesulitan-kesulitan yang disebabkan oleh keragaman
musim.
Karena
hampir semua catatan tanaman pangan berasal dari observasi tidak
langsung, maka sangat relevan untuk memperhatikan bahwa kerusakan pada
batang-batang pohon yang umum dilakukan oleh badak dapat juga
disebabkan oleh banteng dan rusa.
Badak adalah salah satu mamalia purba yang masih hidup. Nenek moyang badak jawa Baluchitherium,
telah hidup 50 juta tahun yang lalu, sejak jaman Erasia. Badak Jawa
masih satu kerabat dengan kuda dan keledai, yakni hewan yang memiliki
kuku ganjil.
Cula badak adalah evolusi dari
rambut badak yang bersatu dan mengeras. Sejak jaman dahulu manusia
memburu badak hanya untuk mendapatkan culanya. Konon cula badak
dijadikan ramuan obat-obatan atau jadi barang kerajinan seni berharga.
Badak jawa adalah binatang tenang dengan pengecualian ketika mereka
berkembang biak dan apabila seekor inang mengasuh anaknya. Kadang-kadang
mereka akan berkerumun dalam kelompok kecil di tempat mencari mineral
dan kubangan lumpur. Berkubang di lumpur adalah sifat umum semua badak
untuk menjaga suhu tubuh dan membantu mencegah penyakit dan parasit.
Badak jawa tidak menggali kubangan lumpurnya sendiri dan lebih suka
menggunakan kubangan binatang lainnya atau lubang yang muncul secara
alami, yang akan menggunakan culanya untuk memperbesar. Tempat mencari
mineral juga sangat penting karena nutrisi untuk badak diterima dari
garam. Wilayahi jantan lebih besar dibandingkan betina dengan besar
wilayah jantan 12–20 km² dan wilayah betina yang diperkirakan 3–14 km².
Wilayah jantan lebih besar daripada wilayah wanita. Tidak diketahui
apakah terdapat pertempuran teritorial.
Jantan menandai wilayah mereka dengan tumpukan kotoran dan percikan
urin. Goresan yang dibuat oleh kaki di tanah dan gulungan pohon muda
juga digunakan untuk komunikasi. Anggota spesies badak lainnya memiliki
kebiasaan khas membuang air besar pada tumpukan kotoran badak besar dan
lalu menggoreskan kaki belakangnya pada kotoran. Badak Sumatra dan Jawa
ketika buang air besar di tumpukan, tidak melakukan goresan. Adaptasi
sifat ini diketahui secara ekologi; di hutan hujan Jawa dan Sumatera,
metode ini mungkin tidak berguna untuk menyebar bau.
Badak jawa memiliki lebih sedikit suara daripada badak sumatra;
sangat sedikit suara badak jawa yang diketahui. Badak Jawa dewasa tidak
memiliki musuh alami selain manusia. Spesies ini, terutama sekali di
Vietnam, adalah spesies yang melarikan diri ke hutan ketika manusia
mendekat sehingga sulit untuk meneliti badak. Ketika manusia terlalu dekat dengan badak jawa, badak itu akan menjadi
agresif dan akan menyerang, menikam dengan gigi serinya di rahang bawah
sementara menikam keatas dengan kepalanya.
Sifat anti-sosialnya mungkin merupakan adaptasi tekanan populasi; bukti
sejarah mengusulkan bahwa spesies ini pernah lebih berkelompok.
Sifat seksual badak Jawa sulit dipelajari karena spesies ini jarang
diamati secara langsung dan tidak ada kebun binatang yang memiliki
spesimennya. Betina mencapai kematangan seksual pada usia 3-4 tahun
sementara kematangan seksual jantan pada umur 6. Kemungkinan untuk hamil
diperkirakan muncul pada periode 16-19 bulan. Interval kelahiran
spesies ini 4–5 tahun dan anaknya membuat berhenti pada waktu sekitar 2
tahun. Empat spesies badak lainnya memiliki sifat pasangan yang mirip
Badak jawa adalah hewan herbivora dan makan bermacam-macam spesies tanaman, terutama tunas,
ranting, daun-daunan muda dan buah yang jatuh. Kebanyakan tumbuhan
disukai oleh spesies ini tumbuh di daerah yang terkena sinar matahari:
pada pembukaan hutan, semak-semak
dan tipe vegetasi lainnya tanpa pohon besar. Badak menjatuhkan pohon
muda untuk mencapai makanannya dan mengambilnya dengan bibir atasnya
yang dapat memegang. Badak Jawa adalah pemakan yang paling dapat
beradaptasi dari semua spesies badak. Badak diperkirakan makan 50 kg
makanan per hari. Seperti badak Sumatra, spesies badak ini memerlukan garam
untuk makanannya. Tempat mencari mineral umum tidak ada di Ujung Kulon,
tetapi badak Jawa terlihat minum air laut untuk nutrisi sama yang
dibutuhkan.
0 comments:
Post a Comment