Harimau Bali (Panthera tigris balica) adalah subspesies harimau yang sudah punah dan pernah mendiami pulau Bali, Indonesia. Harimau ini adalah salah satu dari tiga sub-spesies harimau di Indonesia bersama dengan Harimau Jawa (juga telah punah) dan Harimau Sumatera (spesies terancam).
Hingga awal abad kedua puluh, masih terdapat Sembilan spesies harimau di Bumi. Tiga yang kemudian punah adalah harimau Kaspia , harimau Jawa ( Panthera Tigris Sondaica) dan harimau Bali (Panthera Tigris Balica). Harimau Kaspia yang dulu tersebar di Asia Tengah dinyatakan punah pada 1950. Harimau Jawa dinyatakah punah pada 1980-an. Sedang harimau Bali dinyatakan punah pada tanggal 27 September 1937. Sub-spesies ini punah karena kehilangan habitat dan perburuan.
Menurut WWF dewasa hanya terdapat 3200 ekor harimau liar di seluruh dunia. Sebarannya terdapat di 13 negara dan terbagi ke dalam enam sub spesies yakni harimau Sumatra (Panthera Tigris Sumatrae), Belang/Malaya (Panthera Tigris Jacksoni), Bengal ( Panthera tigris bengalensis), Amur/Siberia (Panthera Tigris Altaica), Indochina (Panthera Tigris Corbetti) , China Selatan (Panthera Tigris Amoyensis). Harimau Sumatra yang tersisa tinggal 400 –an ekor atau 12 persen dari populasi harimau dunia.
Harimau Bali yang secara lokal disebut “samong” adalah juga sebuah kekayaan hayati yang tak ternilai harganya. Ia adalah harimau terkecil di dunia, yang terbesar adalah harimau Siberia. Berat harimau Bali jantan antara 90 sampai100 kilogram sedang betinanya antara 65 sampai dengan 80 kilogram. Ukurannya ini setara dengan ukuran seekor leopard atau macan tutul. Ukurannya ini adalah sebuah anomali, umumnya semakin menjauh dari katulistiwa semakin besar pula ukuran seekor harimau. Mungkin evolusi ini disebabkan ukuran pulau Bali yang kecil dan memiliki hewan buruan yang lebih terbatas.
Ia memiliki bulu yang pendek, dengan warna oranye gelap. Lorengnya lebih sedikit dari harimau Jawa dan Sumatra, namun diantara loreng-lorengnya terkadang ada tutul tutul kecil hitam. Kekhasan ini menyebabkan terkadang harimau Bali digambarkan memiliki loreng-loreng yang lebih rapat.
Seperti saudaranya harimau Jawa, kepunahan harimau Bali sebagian disebabkan oleh perburuan yang massif semasa zaman kolonial. Konon cara yang paling poluler untuk memburu harimau Bali adalah dengan menggunakan perangkap kaki begerigi dari besi dengan umpan seekor kambing atau menjangan. Jika telah terperangkap, ia kemudian dieksekusi dengan tembakan senjata api ke arah kepala dari jarak dekat. Hal ini kemudian diperparah dengan wisata perburuan gaya Inggris, Shikari, yang dilakukan oleh orang-orang Belanda yang datang ke Bali dari Jawa; dimana sejumlah pemburu mahir berburu harimau sebagai olahraga dengan panduan seorang “mir shirkar”, atau master pemburu yang seringkali direkrut dari suku atau orang pedalaman lokal yang mengenal daerahnya dengan baik. Harimau Bali terakhir yang berhasil diambil gambar fotonya adalah seekor harimau yang ditembak mati pada 1925 di Sumbar Kima, Bali Barat.
0 comments:
Post a Comment