Ikan terbang telah banyak dikenal dan dikonsumsi oleh masyarakat indonesia, khususnya di daerah Sulawesi Selatan dikenal dengan beberapa penamaan lokal, diantaranya: Ikan tuing-tuing (Makasar), Torani (Bugis), Tourani
(Mandar). Ikan tersebut dimanfaatkanoleh masyarakat selain sebagai
bahan konsumsi lokal, juga telur dari ikan tersebut merupakan salah satu
dari komodity ekspor perikanan yang bernilai ekonomi tinggi.
Ikan terbang memiliki banyak spesies yang tersebar pada hampir semua perairan, Baik perairan Tropis maupun Sub-tropis. Ikan terbang termasuk dalam kategori ikan pelagis kecil (small pelagic fish), yang juga disebut flying fish, memiliki tubuh yang kecil degnan diameter sekitar 2 cm dan panjangnya 24 cm.
Exocoetidae atau ikan terbang adalah familia ikan laut yang terdiri atas sekitar 50 spesies yang dikelompokkan dalam 7 hingga 9 genera. Ikan terbang ditemukan di semua samudra utama, terutama di perairan tropis dan subtropis di samudera Atlantik, Pasifik dan Hindia. Ciri utamanya yang paling menonjol adalah sirip
dadanya yang besar, memungkinkan ikan ini meluncur terbang secara
singkat di udara, di atas permukaan air, untuk lari dari pemangsa.
Peluncuran mereka biasanya sejauh sekitar 50 meter, namun mereka dapat
menggunakan dorongan pada tepi gelombang hingga dapat mencapai jarak
setidaknya 400m
Populasi ikan terbang dapat berkurang secara individu akibat tekanan
penangkapan yang melebihi kemampuan regenerasi populasi ikan tersebut.
Hal serupa dikemukakan Ali (2005) bahwa, jumlah individu pada sub
populasi ikan terbang di perairan Laut Flores lebih rendah dibandingkan
dengan sub populasi ikan terbang di Selat Makasar yang diduga terjadi
akibat terjadinya Over fishing (kelebihan tangkap) pada sub populasi ikan terbang pada daerah tersebut.
0 comments:
Post a Comment